Gowes Menyusuri Flores: Penyeberangan (#1)

Rabu, 30 April 2025 10:25 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Purwanto Setiadi dan Yosep Suprayogi di atas Kapal Dharma Rucitra VIII
Iklan

Bersepeda menysuri Pulau Lombok diawali dengan penyeberangan dari Surabaya ke Kupang, subuh hari.

***

Kalau dari jarak jauh ada kamera yang lensanya membidik kami saat menuntun sepeda memasuki area parkir kendaraan bermotor di kapal Dharma Rucitra VIII, manakala langit masih gelap menjelang subuh itu, momen ini bisa terlihat bagaikan ikan-ikan kecil yang ditelan mulut paus yang sedang menganga.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bersandar di dermaga Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Dharma Rucitra VIII memang tampak gigantis--ia berukuran panjang 145 m dan lebar 28 m, dengan draft atau jarak vertikal dari garis air ke lunas 7,5 m. Tapi kapal milik perusahaan pelayaran PT Dharma Lautan Utama ini pada Minggu (20/04) itu, buat saya, yang perjalanan menyeberangi lautannya hanyalah menumpang feri dari Ketapang, Banyuwangi, ke Gilimanuk, Bali, atau--yang paling epik--menumpang perahu nelayan di Teluk Tomini dari dermaga Desa Lito ke dermaga Desa Oolibu di Gorontalo, juga sedang bersiap melayari rute yang raksasa: membawa penumpangnya menuju Lombok, Labuan Bajo, Ende, dan Kupang.

Trip sekali jalan, dengan frekuensi paling cepat sekali sepekan, itu membutuhkan waktu tiga hari. Ya, tiga hari melaju 16-17 knot (atau lebih kurang 30 km/jam).

Kapal Dharma Rucritra VIII

Ada sesama penumpang, anak muda yang kabinnya persis berhadap-hadapan dengan kabin saya dan Yosep, teman seperjalanan, yang memastikan durasi "tiga hari, pak" tersebut ketika saya tanya. Dia sudah dua kali melakoninya, untuk menjenguk familinya yang merantau di Atambua. Tripnya kali ini dia lakukan setelah memutuskan hijrah ke kota tak jauh dari perbatasan Indonesia dengan Timor Leste itu demi merintis jalan hidup barunya bersama istrinya yang dia nikahi sewaktu pandemi belum berlalu.

Saya, sangat boleh jadi, bakal menderita cabin fever akibat serangan rasa bosan kalau harus berada di dalam kapal dan di tengah-tengah laut selama itu--walaupun ini belum apa-apa dibanding, umpamanya, pelayaran dari Surabaya ke Ambon yang bisa hingga enam hari. Saya beruntung tujuan yang hendak saya capai, Labuhan Bajo di ujung barat Flores, "hanya" membutuhkan lebih sedikit dari sehari semalam.

Keputusan memilih kapal sebagai sarana transportasi untuk perjalanan dalam jarak yang melintasi pulau-pulau ini bisa dibilang nekat saja. Ada unsur avonturirnya-lah, seperti anak muda tadi. Selain baru pertama kali, sangat sedikit pula cerita yang bisa saya dapatkan tentang pengalaman menjalani perjalanan serupa, kalaupun tidak bisa dipastikan nihil sama sekali. Ini semata-mata terdorong oleh keyakinan diri. Jadi, hal ini semacam keluar dari zona nyaman. atau, lebih dari itu, mungkin, pushing my boundaries.

Ada satu hal lain juga: bukan mau sok-sokan, tapi jika bisa membantu mengurangi emisi seberapa pun dengan memilih kapal ketimbang pesawat, kenapa tidak?

Di kabin berukuran 2 x 1,5 meter, dengan getaran mesin entah di mana lokasinya di kapal ini yang terasa setiap saat, dunia luar terjangkau hanya sesekali--ketika sinyal koneksi telepon dan internet tiba-tiba timbul. 

Keberadaan sinyal itu sering tidak lama; begitulah yang berlaku sekurang-kurangnya untuk operator langganan saya. Tapi, dalam kesempatan yang sempit itulah, jika kita sibuk dan harus sering berhubungan dengan orang atau pekerjaan dari mana pun atau merasa perlu menutup setiap celah yang bisa menyebabkan kondisi fomo (fear of missing out alias ketinggalan informasi), peluang untuk meng-update diri, tersedia.

Bisa dibayangkan bagaimana pelanggan operator yang juga saya gunakan berduyun-duyun masuk ke internet, begitu sambungan muncul, untuk melakukan apa saja yang dimungkinkan. saya teringat kondisi di pintu masuk ke ruang check-in di pelabuhan tanjung perak segera setelah pemberitahuan bahwa pintu tengah dibuka.

Kami, saya dan Yosep, memilih tiket kabin mula-mula karena selisih harganya dengan kelas-kelas lain tak terlalu besar. Apalagi dengan kelas yang semula saya perkirakan bakal jadi pilihan. selain itu, kebutuhan untuk bisa beristirahat dengan cukup dan nyaman jadi pertimbangan tak kalah pentingnya. hal ini mengingat apa yang bakal kami lalui saat trip di Flores telah dimulai. 

Bersambung...

Bagikan Artikel Ini
img-content
purwanto setiadi

...wartawan, penggemar musik, dan pengguna sepeda yang telah ke sana kemari tapi belum ke semua tempat.

4 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Catatan Dari Palmerah

Lihat semua